Aisyiyah Sumatera Selatan Luncurkan PKBM Siti Walidah 01, Dorong Pemberdayaan dan Kemandirian

um-palembang.ac.id – Sebuah langkah strategis dalam memperluas akses pendidikan dan pemberdayaan masyarakat kembali ditorehkan oleh Majelis PAUD, Dasar, dan Menengah Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumatera Selatan. Pada Senin (25/8/2025), mereka resmi meluncurkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Siti Walidah 01 di SMK Farmasi Aisyiyah Kota Palembang dengan mengusung tema “Cahaya Ilmu, Pemberdayaan, dan Kemandirian.

Peluncuran ini bukan sekadar peresmian lembaga pendidikan nonformal, tetapi sebuah momentum yang menegaskan komitmen Aisyiyah untuk menghadirkan ruang belajar alternatif, memberdayakan komunitas, serta membangun kemandirian masyarakat berbasis ilmu pengetahuan.

Di tengah perubahan sosial yang kian cepat, pendidikan formal saja tidak cukup menjawab kebutuhan masyarakat. PKBM hadir sebagai jawaban. Lembaga ini berfungsi sebagai pusat pembelajaran nonformal yang membuka akses bagi siapa saja dari anak-anak putus sekolah, orang dewasa yang ingin melanjutkan pendidikan, hingga masyarakat yang membutuhkan pelatihan keterampilan praktis.

Dra. Darmi Hartati, M.M., Koordinator Majelis PAUD, Dasar, dan Menengah Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumsel, menegaskan hal itu dalam sambutannya. “PKBM adalah sarana pembelajaran sepanjang hayat. Ia memberi kesempatan bagi masyarakat yang selama ini terpinggirkan dari sistem pendidikan formal untuk tetap bisa belajar, mengembangkan diri, dan pada akhirnya berdaya,” ujarnya.

Darmi menambahkan, Aisyiyah sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah yang telah lama berkecimpung di dunia pendidikan, kesehatan, dan sosial, melihat PKBM sebagai instrumen penting dalam menjawab tantangan zaman.

Komitmen Aisyiyah dalam mengembangkan pendidikan nonformal mendapat dukungan penuh dari pimpinan wilayah. Hanif El Islam, S.Pd., M.M., Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumatera Selatan, menyebut PKBM Siti Walidah 01 ini diharapkan menjadi model yang bisa direplikasi di daerah lain.

“Kami mendorong agar PKBM tidak hanya hadir di Palembang. Harapannya, di seluruh kabupaten/kota Sumsel, Aisyiyah bisa mendirikan PKBM serupa. Dengan begitu, semakin banyak masyarakat yang terjangkau pendidikan dan keterampilan,” jelasnya.

Hanif menekankan, pendidikan tidak boleh berhenti pada generasi muda saja. Orang dewasa, ibu rumah tangga, hingga tenaga kerja yang membutuhkan peningkatan skill juga harus punya ruang untuk belajar. PKBM bisa menjadi solusi karena lebih fleksibel, murah, dan dekat dengan masyarakat.

Peluncuran ini juga mendapat apresiasi dari pemerintah daerah. Andalusia, S.Pd., M.M., Kabid PAUD Dikmas Dinas Pendidikan Kota Palembang, menyebut keberadaan PKBM sangat strategis dalam mendukung program pemerintah, khususnya dalam meningkatkan angka partisipasi pendidikan dan literasi masyarakat.

“PKBM bukan sekadar tempat belajar. Ia adalah pusat pemberdayaan. Melalui PKBM, masyarakat bisa mendapatkan pendidikan kesetaraan, pelatihan keterampilan, bahkan program kewirausahaan. Ini sejalan dengan misi kami untuk menciptakan masyarakat literat dan mandiri,” katanya.

Andalusia menegaskan bahwa pemerintah akan terus mendukung inisiatif lembaga masyarakat seperti Aisyiyah yang bergerak di bidang pendidikan nonformal. Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah, organisasi masyarakat, dan lembaga pendidikan akan mempercepat peningkatan kualitas SDM di daerah.

Di Sumatera Selatan, Aisyiyah sudah lama mengelola sekolah-sekolah yang memberi akses pendidikan berkualitas dengan biaya terjangkau. PKBM menjadi tambahan instrumen yang memperluas jangkauan pendidikan Aisyiyah ke masyarakat yang lebih luas.

Dengan basis jaringan hingga tingkat ranting, Aisyiyah memiliki potensi besar untuk menjadikan PKBM sebagai gerakan masif. Kehadirannya bisa menjangkau pelosok desa, komunitas marginal, hingga perempuan yang ingin menambah keterampilan untuk menopang ekonomi keluarga.

Meski penuh semangat, tantangan yang dihadapi PKBM juga tidak ringan. Keterbatasan sumber daya manusia, pendanaan, hingga kesadaran masyarakat masih menjadi pekerjaan rumah. Namun, dengan dukungan kolaboratif dari Aisyiyah, pemerintah, dan masyarakat, tantangan itu diyakini bisa diatasi.

“Kami yakin PKBM Siti Walidah 01 bisa menjadi motor penggerak. Kuncinya ada di sinergi. Aisyiyah memiliki jaringan, pemerintah punya regulasi dan dukungan kebijakan, sementara masyarakat memiliki kebutuhan dan potensi. Jika semua terhubung, hasilnya akan luar biasa,” ujar Hanif El Islam optimis.

Lebih dari sekadar lembaga pendidikan, PKBM ini adalah gerakan sosial. Ia lahir dari kesadaran bahwa pendidikan adalah hak setiap orang. Dengan membuka akses belajar bagi semua lapisan, Aisyiyah ingin menegaskan komitmennya sebagai organisasi perempuan Islam modernis yang peduli pada pemberdayaan umat.

Peluncuran PKBM Siti Walidah 01 di Palembang menjadi penanda bahwa Aisyiyah Sumsel tidak hanya bicara tentang pendidikan, tetapi juga turun langsung menghadirkan solusi. Dengan semangat “Cahaya Ilmu, Pemberdayaan, dan Kemandirian”, PKBM ini diharapkan mampu melahirkan generasi berdaya, komunitas mandiri, dan masyarakat yang terus belajar tanpa henti.

Editor : Rianza Putra