Akademisi Universitas Muhammadiyah Palembang Gelar Workshop Penyusunan RSP Berstandar OBE di UBI Lubuk Linggau

um-palembang.ac.id – Sebanyak 120 dosen tetap maupun dosen tidak tetap Universitas Bina Insan (UBI) Lubuk Linggau mengikuti Workshop Penyusunan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Berstandar Outcome Based Education (OBE) pada Senin, 15 September 2025. Kegiatan ini menghadirkan akademisi Universitas Muhammadiyah Palembang sebagai narasumber utama.

Para akademisi Universitas Muhammadiyah Palembang yang hadir di antaranya Reino Septra Neri, S.Si., M.Pd., Dr. Samsila Yurni, M.Pd., Bora Alviolesa, S.E., M.Si., Dr. Bonita Hirza, M.Pd., Dr. Kurnia Saputri, M.Pd., dan Surismiati, M.Pd. Mereka membagikan pengalaman sekaligus praktik penyusunan RPS yang sesuai standar OBE, yang saat ini menjadi acuan nasional dalam meningkatkan mutu pembelajaran perguruan tinggi.

Rektor Universitas Bina Insan Lubuk Linggau, Dr. H. Sardiyo, M.M., mengapresiasi kehadiran tim akademisi dari Universitas Muhammadiyah Palembang. Menurutnya, kolaborasi ini bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga langkah strategis untuk memperkuat budaya akademik di kampusnya.

“Kami berterima kasih kepada akademisi Universitas Muhammadiyah Palembang yang berkenan hadir sebagai narasumber. Workshop ini sangat penting untuk menyiapkan dosen kami agar mampu menyusun RPS yang selaras dengan standar nasional dan kebutuhan industri. Ini bagian dari ikhtiar meningkatkan kualitas pembelajaran di Universitas Bina Insan,” ujarnya.

Outcome Based Education (OBE) menekankan pada capaian pembelajaran mahasiswa (learning outcomes) yang harus dirumuskan secara jelas, terukur, dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja maupun perkembangan keilmuan. Melalui pendekatan ini, dosen tidak hanya fokus pada penyampaian materi, tetapi juga memastikan mahasiswa menguasai kompetensi yang ditargetkan.

RPS yang disusun berdasarkan OBE menjadi dokumen kunci dalam menjamin kualitas perkuliahan. Di dalamnya tercantum capaian pembelajaran, materi pokok, strategi pembelajaran, metode penilaian, hingga referensi yang digunakan. Dengan standar ini, kurikulum perguruan tinggi diharapkan mampu lebih responsif terhadap dinamika zaman.

Dr. Samsila Yurni, M.Pd., salah satu narasumber, menegaskan bahwa penyusunan RPS tidak boleh sebatas formalitas administratif. Menurutnya, RPS adalah pedoman akademik yang harus disusun dengan serius, karena menjadi panduan dosen sekaligus kontrak belajar dengan mahasiswa.

“Kalau RPS hanya formalitas, maka perkuliahan tidak akan terarah. OBE menuntut dosen lebih kreatif dalam merancang pembelajaran, mengukur capaian, dan memberi ruang bagi mahasiswa untuk aktif. Jadi RPS harus benar-benar dirancang untuk mendorong tercapainya kompetensi,” jelasnya.

Workshop ini berlangsung interaktif. Para peserta tidak hanya mendengarkan pemaparan, tetapi juga langsung praktik menyusun draft RPS berdasarkan studi kasus. Beberapa dosen mengaku mendapatkan banyak pencerahan, terutama dalam menyesuaikan capaian pembelajaran dengan kebutuhan profil lulusan.

Dr. Bonita Hirza, M.Pd., salah satu narasumber, juga menambahkan bahwa perguruan tinggi perlu menanamkan kesadaran bahwa OBE bukan sekadar tren kebijakan, melainkan keharusan.

“Perguruan tinggi tidak bisa lagi hanya menghasilkan lulusan dengan ijazah. Yang lebih penting adalah kompetensi nyata yang dimiliki mahasiswa. Dengan OBE, kita menyiapkan mahasiswa agar siap kerja, siap berkarya, dan relevan dengan perkembangan industri,” paparnya.

Dr. H. Sardiyo juga menekankan bahwa kerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Palembang akan terus diperkuat, tidak hanya dalam bentuk workshop, tetapi juga program lain seperti penelitian bersama, pengabdian masyarakat, dan pertukaran dosen.

“Kolaborasi antar kampus adalah kunci untuk menghadapi tantangan pendidikan tinggi saat ini. Dengan bersama-sama, kita bisa membangun atmosfer akademik yang lebih baik,” tambahnya.

Editor : Rianza Putra