FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang Bahas Speech Delay dan Autisme dalam Seminar Pendidikan Inklusi

um-palembang.ac.id – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Palembang terus menunjukkan komitmennya terhadap pengembangan pendidikan yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan anak. Melalui kegiatan Seminar Pendidikan Inklusi bertajuk “Sharing Best Praktisi: Speech Delay dan Autisme (Fenomenal Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Sekolah)”.

FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang mengajak pendidik, mahasiswa, dan praktisi untuk memahami lebih dalam isu keterlambatan bicara dan autisme yang semakin banyak dijumpai di lingkungan pendidikan dasar.

Kegiatan ini digelar pada Selasa, 28 Oktober 2025 di Aula Gedung Prof. Djakfar Murod Lantai 2 Universitas Muhammadiyah Palembang dan menghadirkan sejumlah narasumber yang berkompeten di bidangnya.

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah Palembang, Dr. Suroso PR, S.Ag., M.Pd.I. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif FKIP yang konsisten mengangkat isu-isu aktual dalam dunia pendidikan, terutama yang berkaitan dengan inklusivitas dan kesehatan perkembangan anak.

“Seminar ini menjadi ruang penting untuk mempertemukan akademisi, praktisi, dan pemerintah dalam merumuskan strategi pendidikan yang lebih manusiawi dan berpihak pada anak,” tuturnya.

Turut hadir sebagai narasumber Prof. Dr. Indawan Syahri, M.Pd., Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang, yang memaparkan pentingnya kompetensi guru dalam mendeteksi dan menangani gejala keterlambatan bicara serta autisme di usia dini. Menurutnya, peran guru sangat vital dalam proses identifikasi awal dan kolaborasi dengan orang tua maupun tenaga medis.

“Pendidikan inklusi bukan sekadar memberi akses bagi anak berkebutuhan khusus untuk belajar di sekolah umum, tapi bagaimana seluruh elemen sekolah memahami, menerima, dan mendukung perkembangan mereka,” ujar Prof. Indawan.

Seminar ini juga menghadirkan Sri Maryati, S.Pd., M.Si., Kepala Bidang Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Kota Palembang. Ia menekankan pentingnya pelatihan berkelanjutan bagi guru agar mampu mengenali karakteristik anak dengan kebutuhan khusus, termasuk anak dengan speech delay dan autisme.

“Kami mendorong sekolah-sekolah di Palembang untuk semakin terbuka dan adaptif terhadap pendidikan inklusi. Guru harus dibekali pemahaman yang kuat agar tidak salah menilai kemampuan anak,” jelasnya.

Sementara itu, dari sisi medis, dr. Okta Hariza, Sp.KFR., Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi sekaligus anggota PERDOSRI Sumbagsel, menjelaskan pendekatan klinis terhadap anak dengan keterlambatan bicara dan autisme. Ia menegaskan bahwa deteksi dini dan terapi berkelanjutan adalah kunci agar anak dapat berkomunikasi dan beradaptasi lebih baik.

“Banyak orang tua menunda pemeriksaan karena berpikir anak hanya terlambat bicara biasa. Padahal, semakin cepat dilakukan intervensi, semakin besar peluang anak untuk berkembang optimal,” tambahnya.

Editor : Rianza Putra