Idul Adha 1446 H, Universitas Muhammadiyah Palembang Sembelih 17 Sapi Qurban, dan Tebar 1.336 Kupon Kebersamaan

um-palembang.ac.id – Universitas Muhammadiyah Palembang menggelar Sholat Idul Adha 1446 Hijriyah berjamaah yang bertempat di Halaman Gedung KH. Faqih Usman pada Jumat 6 Juni 2025 dengan Imam dan Khotbah “Spirit Idul Adha: Mengenal Allah, Mengharmoniskan Keluarga, dan Mengukuhkan Kurban” oleh Dr. Yahya Lc, M.Pd.I., Ketua Lembaga Al-Islam Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Palembang.

Hadir dalam kegiatan ini, Rektor Universitas Muhammadiyah Palembang Prof. Dr. Abid Djazuli, S.E., M.M., Ketua Badan Pembina Harian Dr. H.M. Idris., Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, civitas akademika, dan warga sekitar kampus.

Dr. Suroso PR, S.Ag., M.Pd.I., menyampaikan bahwa kebahagiaan Universitas Muhammadiyah Palembang semakin meningkatkan karena peningkatan keterlibatan civitas akademika dalam berqurban dan peningkatan distribusi penerima manfaat hewan qurban dari Universitas Muhammadiyah Palembang juga meningkat.

Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriyah ini, Universitas Muhammadiyah Palembang meningkatkan ikatan batin diantara civitas akademika, karena 17 Sapi hewan qurban dengan 122 pengurban, dan semua distribusi 1336 kupon dibagikan kepada dosen, pegawai serta guru dilingkungan Universitas Muhammadiyah Palembang.

Sementara itu, dalam khotbahnya Dr. Yahya Lc, M.Pd.I., menekankan pentingnya memahami bahwa Idul Adha tidak hanya ritual menyembelih hewan kurban atau menunaikan salat dua rakaat. Lebih dari itu, Idul Adha adalah pelajaran spiritual yang bersumber dari kisah penghambaan Nabi Ibrahim Alaihissalam.

Ditegaskan bahwa meski Nabi Ibrahim adalah Khalilullah (kekasih Allah), ia tetap mencari dan mengenali Tuhannya melalui proses intelektual yang mendalam. Dalam Surah Al-An’am ayat 76–79, diceritakan bagaimana Nabi Ibrahim merenungkan fenomena alam bintang, rembulan, dan matahari sebelum sampai pada kesimpulan tauhid: bahwa Tuhan sejati adalah Pencipta langit dan bumi, Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

“Idul Adha mengajarkan bahwa sesibuk apa pun kita di dunia ini, jangan sampai lalai mengenal Allah. Ilmu tentang Allah harus menjadi pondasi hidup,” ujar khatib. Dalam konteks ini, penting bagi umat Islam untuk meluangkan waktu menghadiri majelis ilmu, membaca Al-Qur’an, dan memperdalam pemahaman agama.

Dimensi kedua yang disampaikan adalah pentingnya harmoni dalam rumah tangga. Nabi Ibrahim digambarkan sebagai suami dan ayah yang sangat peduli, sabar, dan penuh perhatian, meskipun memiliki tanggung jawab besar sebagai Nabi dan Rasul.

Kisah kebersamaan Nabi Ibrahim dan istrinya, Siti Hajar, menunjukkan bagaimana pasangan harus saling mendukung dalam suka maupun duka. Keteladanan ini juga tampak dalam perhatian Nabi Ibrahim kepada putranya, Ismail, bahkan sejak bayi hingga dewasa. Ini menjadi pelajaran penting tentang peran ayah dalam membimbing dan menemani tumbuh kembang anak, termasuk dalam memilih lingkungan dan pasangan hidupnya.

“Sungguh mustahil anak-anak tumbuh penuh kasih dan kebaikan jika orang tua, terutama ayah, abai terhadap mereka,” tegas khatib. Ia menambahkan, banyak anak terjerumus pada kenakalan remaja bukan semata karena lingkungan, tapi karena kurangnya perhatian dan keteladanan dari orang tuanya.

Ketiga, khatib menyoroti kurban sebagai bentuk penghambaan yang luhur. Peristiwa penyembelihan Nabi Ismail oleh Nabi Ibrahim bukan hanya tentang pengorbanan fisik, melainkan wujud ketaatan total kepada perintah Allah.

Kisah Nabi Ismail yang meminta agar ikatannya diperkuat, pisaunya ditajamkan, dan bajunya diberikan kepada ibundanya sebelum disembelih, menunjukkan betapa ikhlas dan sabarnya seorang anak dalam menjalankan perintah Allah. Inilah yang menjadi dasar sunnah-sunnah kurban dalam Islam: memperlakukan hewan dengan baik, menajamkan pisau, dan memastikan hewan dalam kondisi yang layak.

Namun, khatib menegaskan, kurban bukan sekadar ritual penyembelihan. Kata kurban berasal dari akar kata qaruba yang berarti mendekat. Maka, inti dari ibadah ini adalah upaya untuk semakin dekat dengan Allah dan sesama manusia.

Editor : Rianza Putra