AIK Harus Menjadi Identitas Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

um-palembang.ac.id – Cita-cita bersama yang sangat mulia dan menjadi kebanggaan adalah membagkitkan kembali kedokteran Islam. Tidak banyak dari Fakultas Kedokteran yang ada di Indonesia memiliki visi demikian, mengingat tidak mudah untuk menyisipkan nilai-nilai islam dalam lingkungan pendidikan. Keinginan kuat untuk mengobarkan semangat kedokteran islam terwujud dalam tatanan kurikulum dan lingkungan yang agamis.

Diharapkan, dokter-dokter lulusan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Palembang (UM Palembang) menjadi dokter muslim yang berkualitas, yang menjunjung dan menjadi identitas nilai-nilai keislaman dan Kemuhammadiyahan (AIK) dan memiliki kompetensi yang tinggi sebagai seorang dokter. Untuk mencapai harapan itu, sedari awal, para mahasiswa FK UM Palembang diberikan nilai-nilai dasar keislaman dan kemuhammadiyahan, yang terintegrasi dalam setiap mata kuliah yang diajarkan.

Hal tersebut disampaikan Rektor UM Palembang Dr. Abid Djazuli, S.E., M.M., saat memberikan sambutan secara virtual dalam acara Kuliah Tamu “Menjadi Dokter yang Berkepribadian Islami” dengan narasumber dr. Agus Taupiqurrahman, Sp.S., M.Kes., Ketua Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Sabtu (28/8/2021).

Hadir dalam Kuliah Tamu tersebut, Dekan Fakultas Kedokteran dr. Yanti Rosita, M.Kes., dan pimpinan Fakultas dan para dosen serta mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Dr. Abid Djazuli, S.E., M.M., mengatakan bahwa sebagai bagian dari civitas akademika Fakultas Kedokteran UM Palembang sepatutnya harus bangga karena mahasiswa tidak hanya dicetak untuk menjadi dokter tapi juga dibekali kemampuan untuk berdakwah sehingga memiliki nilai lebih ketika terjun ke masyarakat.

Karena untuk menjadi seorang dokter muslim yang berkualitas, tentunya perlu usaha keras dalam pencapaiannya, perlu usaha lebih untuk mewujudkannya, dan perlu semangat tinggi pantang menyerah karena akan banyak tantangan yang dihadapi. Maka untuk itu, sudah seharusnya seorang dokter muslim memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang baik. Untuk menjadi seorang dokter muslim yang diharapkan, maka harus dimulai dari semenjak menjalani sebagai dokter muda untuk mengamalkan nilai-nilai keislaman pada praktek kedokteran.

Menurutnya, menjadi seorang dokter muslim berkewajiban untuk memiliki akhlakul karimah, hal inilah yang membedakan sebagai seorang dokter muslim yang mengemban amanah kedokteran Islam. Profesi dokter dalam pandangan Islam adalah sebagai dakwah yang bergerak. Seorang muslim yang berprofesi sebagai dokter, berkewajiban merealisasikan nilai-nilai Islam yang bersifat fitriyah (universal) dalam setiap langkah hidupnya.

Maka perilaku dokter muslim harus terealisasi dari akhlakul karimah akan senantiasa dilihat oleh orang-orang yang berinteraksi dengannya, disinilah esensi dari dakwah. Implementasi akhlakul karimah bagi seorang dokter bisa dengan berbagai cara, diantaranya mengembangkan sifat sidiq, adil, sabar, tawaduk, itsar, Ramah, dan Ihsan.

“Cukup kiranya hal itu menjadi landasan kita untuk mengawali babak perjuangan baru dalam pencapaian cita-cita kita menjadi seorang dokter muslim yang baik. Bissmillah, mari kita mulai dengan amanah ini dengan penuh keihlasan dan tekad untuk memajukan kedokteran islam” jelasnya.

Rektor juga mengajak seluruh pengelola Fakultas Kedoteran, bahwa dalam waktu dekat Prodi yang ada di lingkungan Fakultas Kedokteran akan segera melakukan re-akreditasi, “Oleh karena itu kita semua harus focus dengan kegiatan tersebut secara maksimal untuk memenuhi komponen yang manjadi objek penilaian akreditasi, kami mohon dukungan dan doa hadirin semua, agar re-akreditasi akan menghasilkan peringkat yang lebih baik” tambahnya.

Editor: Rianza Putra