Uji Nyali Tim Caving Hiawata FT UMPalembang Sentuh Perut Bumi di Dasar Goa Leang Pute

Palembang, um-palembang.ac.id – Bagi Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala), tantangan adalah sebuah rutinitas yang harus dijawab sesegera mungkin. Apakah tantangan itu berupa kontribusi terhadap alam, ataupun mencari hal-hal baru yang bisa menjadi pemandu dari misteri alam itu sendiri.

Rasa penasaran dari para pencinta alam ini juga, diharapkan mampu menjawab apa yang mereka eksplor terhadap indahnya gugusan alam di tanah air yang masih banyak tersembunyi.

Berkaca dari hal itulah, Mapala Hiawata Fakultas Teknik (FT) Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP), bertekad menjawab rasa penasaran mereka akan misteri yang ada di Goa Leang Pute, Sulawesi Selatan.

Mengapa Goa Leang Pute? Banyak yang belum mengetahui, kalau gua yang terletak di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN Babul), tepatnya di Dusun Pattiro, Desa Labuaja, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulse), merupakan satu goa terdalam di dunia dari perut bumi.

“Bagi kami ini baru pertama kali (ekpsedisi ke Goa Leang Pute). Karena goa ini memiliki keistimewaan sendiri. Apalagi dengan ukuran diameter goa yang lebih besar dari biasanya, sekitar tiga kali lipat dari lapangan bola. Tantangan yang harus dituju di dalam itu katanya ada hutan terbuka,” ujar Ketua Umum Hiahwata, Muamar Khatami, kepada IDN Times.

1. Ekspedisi perdana Tim Caving Mapala Hiawata ke Goa Leang Pute

Ketua Pelaksana Ekspedisi Hiawata ke Goa Leang Pute, Febry Oktarianto melanjutkan, Goa Leang Pute merupakan goa vertikal yang dalamnya sekitar 260-270 meter. Untuk menuju ke goa tersebut, terlebih dulu harus menyusuri areal persawahan dan perkebunan.

“Karena pertama kali dari Sumatera Selatan (Sumsel), jadi kami (Hiawata) bermaksud untuk mencetuskan dan menjadi pembuka bagi atlet caving Sumsel. Kalau kami berhasil melalui tantangan ini, pasti akan diberikan apresiasi,” katanya.

2. Siapkan agenda caving lanjutan di Hang Son Doong, Vietnam
Mahasiswa FT UMP yang akrab disapa Pitung ini mengungkapkan, sebenarnya Mapala Hiawata sendiri sering melaksanakan kegiatan berupa ekspedisi. Hanya saja, ekspedisi kali ini berasa spesial.

“Insya Allah dengan seizin Allah, jika kami berhasil melalui dan sampai di Goa Leang Pute, maka akan ada ekspedisi lanjutan. Rencana berlanjut menelusuri goa terdalam di dunia yang berada Vietnam, yakni Hang Son Doong,” ungkapnya.

Untuk memparipurnakan tantangan di goa tersebut, Mapala Hiawata sudah menyiapkan tiga atlet caving mereka, yakni Aldi Agustian (23), Tatang (22) dan Gusti Subriansyah (23), yang kesemuanya mahasiswa FT UMP.

“Rencananya kawan-kawan berangkat tanggal 21 Juli besok. Awalnya kami menyiapkan enam atlet, tapi setelah melewati seleksi berupa tes jasmani, medical chek up dan pemahaman materi, maka mengerucut menjadi tiga atlet,” sambungnya.

3. Persiapan atlet Caving Hiawata menuju Goa Leang Pute

Terhadap persiapan atlet, Pitung menjelaskan, Mapala Hiawata sudah melakukan beragam fase, mulai dari teknis maupun administratif.

“Persiapan sudah beres, baik dari peralatan saat ekspedisi seperti tali, safety, konsumsi, pengobatan P3K. Kita juga didukung kampus (UMP) dan menerima dana dari pengajuan proposal dan terkumpul Rp10.650.000,” jelasnya.

“Estimasi perjalanan untuk pulang pergi sekitar dua minggu. Tapi untuk menuju lokasi butuh perjalanan estafet dengan berbagai transportasi dan bisa sampai lima hari. Mulai dari Palembang ke Lampung menggunakan kereta api hingga harus nyeberang dengan kapal,” ujarnya.

Kemudian, dari Lampung para atlet caving Hiawata melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Merak dengan kapal ke Jakarta di Terminal Pasar Senen. Dilanjutkan sampai Surabaya ke Makassar melalui jalur laut. Setiba di Makassar, agar berhasil ke lokasi caving, ketiga atlet ini masih harus mengajukan permohonan partisipasi ke Mapala Politeknik Negeri Ujung Pandang, Batimurung, untuk memasuki kawasan penelusuran goa, agar bisa mengurus adminstrasi ke Kota Taman Nasional Batimurung Bulusaraung di Dusun Pattiro Desa Labuaja.

“Yang masuk gak bisa sembarang, makanya butuh izin ke kepala desa untuk melakukan perjalanan ke mulut Goa Leang Pute, yang saat memasuki goa harus dengan jalan kaki,” terangnya.

4. Pilih caving karena antimainstream

Sementara, salah satu atlet caving Hiawata, Gusti Subriansyah menuturkan, keinginannya menelusuri Goa Leang Putu karena ingin menjawab rasa penasaran. “Ada kepuasan sendiri. Caving itu punya daya tarik, olahraga ekstrem dan sangat antimainstream,” tuturnya.

Gusti mengakui bisa tergabung dalam ekspedisi adalah hal yang berharga. Karena untuk bisa bergabung menjadi atlet caving, tentu melalui proses seleksi. Mulai dari pengumpulan data formalitas hingga penilaian untuk memenuhi standar caving.

Untuk bisa menjalankan ekspedisi, atlet caving memerlukan skill yang mumpuni dan menguasai teknik, serta memiliki lisensi atau sertifikasi.

“Ada sekolah keahlian untuk bisa dapet (lisensi) agar tahu sudah memenuhi standar atau belum. Caving sudah lumayan sering, tapi ini (Goa Leang Putu) pertama. Mudah-mudahan lancar perjalanan dam sampai dengan selamat,” tandasnya.

 

Editor: Rianza Putra