Perguruan Tinggi Harus Menjadi Lembaga Pendidikan Kewirausahaan

um-palembang.ac.id – Agar suatu perguruan tinggi menjadi penghasil wirausaha-wirausaha, maka harus mengubah visi dan misinya, yaitu bukan hanya sebatas sebagai “Lembaga Pembelajaran (Learning Institution) atau Lembaga Penelitian (Research Universit) akan tetapi melangkah lebih maju, bagaimana menerapkan hasil pendidikan/pengajaran dan penelitian untuk kepentingan dunia usaha atau menjadi Lembaga Pendidikan Kewirausahaan (Entrepreneurial University).

Hal tersebut menjadi salah satu poin yang disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Palembang Dr. Abid Djazuli, S.E., M.M., saat memberikan sambutan dalam Webinar “Penyusunan Kurikulum Kegiatan Wirausaha dan Motivasi Mahasiswa untuk Berwirausaha”, pada Kamis (5/11/2020).

Prof. Dr. Aris Junaidi, Direktur Kelembagaan dan Kemahasiswaan Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI., menjadi narasumber dalam Webinar tersebut, dengan moderator Darmayanti, S.E., Ak., M.M., AC., Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Palembang.

Dr. Abid Djazuli, S.E., M.M., menjelaskan, jiwa dan semangat enterpreneur di kalangan mahasiswa dan generasi muda Indonesia, saat ini masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 2 % dari jumlah penduduk, padahal untuk menjadi negara yang ekonominya kuat diperlukan minimal 4 % wirausaha dari jumlah penduduk, oleh karena itu sangatlah tepat jika dalam kurikulum pendidikan tinggi ditambahkan materi atau mata kuliah ke-wirausahaan dan atau enterpreneur di setiap program studi untuk meningkatkan prosentasi jumlah wirausaha minimal 4 % dimasa –masa mendatang.

Karena menurutnya membangun kemampuan wirausaha pada mahasiswa melalui pemberian mata kuliah Pendidikan Kewirausahaan tidak dapat sepenuhnya menjadikan mereka mejadi seorang wirausaha yang sukses. Wirausaha sukses juga sangat ditentukan oleh motivasi kuat dari mahasiswa yang bersangkutan.

Sehingga pada umumnya, masalah yang dihadapi perguruan tinggi untuk dapat menjadi wadah dalam menghasilkan wirausaha-wirausaha baru tidak mudah, mengingat kegiatan utama kampus yaitu mengajar dan mentransfer ilmu yang telah ada kepada mahasiswa, sehingga tidak mungkin perguruan tinggi dapat menjadi wadah atau organisasi untuk menghasilkan wirausaha-wirausaha yang inovatif.

Ia menjelaskan, dalam mendukung lahirnya wirausaha unggulan dari kampus, maka metode perkuliahan kewirausahaan dititik beratkan untuk memotivasi agar mahasiswa mau memilih kewirausahaan sebagai karier hidupnya, di samping untuk memahami disiplin ilmu kewirausahaan.

“Perkuliahan harus dirancang sedemikian rupa, sehingga seorang mahasiswa siap menjadi wirausaha. Salah satu sifat wirausaha yang paling mendasar, yaitu sifat kreatif dan inovatif, serta kemampuan memanfaatkan peluang dan memecahkan masalah Oleh sebab itu, pemahaman dan penguasaan metode untuk mengembangkan kreativitas merupakan dasar seluruh perkuliahan kewirausahaan” jelasnya.

Dr. Abid Djazuli, S.E., M.M., menuturkan dalam membangun mental kreatif dan inovatif, maka perubahan mindset terhadap diri mahasiswa menjadi sangat penting untuk dilakukan. Mindset mahasiswa harus diubah menjadi mindset seorang entrepreneur, yaitu seorang yang harus aktif dan berwawasan luas dalam memandang sesuatu termasuk cara memandang hidup ini.

Pembentukan mahasiswa untuk berpikir mencipta (create), merupakan sebuah solusi awal dalam pembentukan mahasiswa yang unggul untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang ada di lingkungan masyarakat. Pada kalangan mahasiswa kini harus banyak ditumbuhkan wawasan dan pengalaman akan dunia usaha guna menumbuhkan pengusaha yang kompeten dan mampu meningkatkan perekonomian bangsa nantinya. Hal ini perlu dilatih dan dibangun terlebih dahulu mentalitas entrepreneurshipnya,

Setelah mentalitas itu tumbuh maka langkah selanjutnya barulah melakukan aksi nyata Mata kuliah ini dimasukkan dalam kurikulum program studi dengan tujuan memberikan bekal kepada mahasiswa agar dapat membangun jiwa kreatif dan inovatif dalam mengelola suatu usaha agar lebih efektif, efisien, dan memiliki keunggulan daya saing. Dengan diadakannya mata kuliah tersebut, diharapkan mahasiswa dapat memiliki utama dalam melakukan tindakan nyata di lapangan di samping kemampuan berpikir ke depan untuk berusaha mandiri. Kemampuan ini dapat digunakan sebagai bekal nantinya setelah lulus sarjana dan mendapatkan pilihan lebih, dengan menjadi pekerja, wirausahawan, atau menjadi pekerja dan wirausahawan.

Ia juga menekankan bahwa bagaimana Perguruan Tinggi menghasilkan perilaku yang memiliki karakter yang kreatif, inovatif, dan pantang menyerah, sehingga berdampak pada pembentukan pribadi yang dinamis yang siap menyambut masa depan yang serba berubah.Tantangan utama kewirausahaan dalam dunia pendidikan adalah pola pikir kita yang menghalangi kemajuan entrepreneurship di Indonesia. Para mahasiswa, memiliki pola pikir bahwa mereka belajar di Perguruan Tinggi untuk akhirnya menjadi pencari kerja daripada pencipta kerja. Sebenarnya hal ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional kita.

Karena hal ini didukung dengan nilai budaya dalam sebagian besar anggota masyarakat kita, bahwa menjadi seorang entrepreneur tidak sebaik menjadi pegawai terutama pegawai negeri. dalam sebagian besar masyarakat, status paling terhormat diberikan kepada keluarga yang memilki jabatan publik yang berikutnya ialah “Amtenar” yaitu pegawai negeri, dan yang terendah, ialah para pengusaha dan pedagang.

Ia menambahkan, keluhan ini juga dijumpai di kalangan mahasiswa. Mereka mengeluh karena mereka tidak direstui dan didukung oleh orang tua jika mereka ingin menjadi seorang entrepreneur. Menjadi seorang entrepreneur bisa menjadi sebuah aib bagi keluarga. Membangun Jiwa Kewirausahaan Membangun jiwa kewirausahaan haruslah di-mulai dengan kemauan kreatif dan inovatif seseorang untuk mencapai suatu tujuan dalam hidupnya. Banyak orang yang berhasil dan sukses karena memiliki kemampuan berfikir kreatif dan inovatif.

“Kompetensi tersebut merupakan syarat utama bagi seseorang yang ingin melakukan proses perjalanan kreativitas berfikir dan inovasi tentang keinginan yang diharapkannya. Wirausaha tidak hanya memerlukan pengetahuan tapi juga keterampilan, diantaranya keterampilan manajerial; konseptual; memahami, mengerti, berkomunikasi, dan berelasi” tambahnya.

Editor: Rianza Putra